Salah satu band metal
asal Amerika Serikat, Metallica, pernah merilis album yang didalamnya terdapat
lagu yang berjudul Nothing Else Matters.
Dari judulnya saja bisa diartikan “tidak ada hal lain yang penting”, dan memberi
kesan bahwa sepertinya lagu ini memiliki makna lirik yang sedikit galau. Siapa
sangka, band metal yang biasanya membawakan lagu-lagu dengan musik yang keras
ini juga mampu melahirkan lagu yang slow
dan bermakna dalam. Dirilis pada tahun 1992, tepatnya di era 90-an, dimana memang
sedang marak-maraknya musik rock. Metallica
sendiri tidak melewatkan kesempatan untuk membuat lagu yang lebih condong ke
arah slow rock, apalagi melihat
penikmat musik kala itu memang tidak seluruhnya benar-benar tertarik pada musik
rock yang keras seperti heavy metal atau trash metal yang biasanya dimainkan dan merupakan ciri khas dari
band Metallica sendiri. Ditambah dengan persaingan pasaran musik dengan
band-band beraliran rock lain yang banyak menghadirkan banyak lagu-lagu slow
rock pada era tersebut.
Dalam album yang
bertajuk Black Album tersebut, lagu Nothing Else Matters memang terbilang
mencolok karena terkesan berbeda dengan lagu-lagu lainnya. Walaupun terdapat
lagu lain yang termasuk dalam genre slow
rock dalam album tersebut, yaitu The Unforgiven, namun Nothing Else Matters lebih disukai oleh
para pendengar musik, terutama para fans Metallica, mungkin karena kisah dan
makna, serta kata-kata yang terkandung dalam liriknya. Dengan bahasa yang
mudah dan bermakna, lagu ini ditulis
oleh penyanyi sekaligus gitaris ritme dari Metallica, James Hetfield, ini
berawal dari kejadian dimana Hetfield sedang menelpon pacarnya kala itu, sambil
memetik 4 senar pada chord E-minor lepas, sehingga terambillah nada dari 4
senar tersebut sebagai intro lagu. Kunci-kunci minor seperti ini memang sering
digunakan di dalam lagu-lagu Metallica, dilengkapi dengan metode yang khas
yaitu petikan akustik di awal lagu, sangat menunjukkan bahwa ini adalah ciri
khas dari lagu-lagu Metallica. Lirik awal yang berbunyi, “So close no matter
how far”, juga didedikasikan Hetfield bagi pacarnya itu, yang menunjukkan
ikatan hubungan mereka seberapa jauh pun Hetfield sedang tur. Lagu ini lebih
condong ke kisah cinta, dengan perjuangan dan tekad. Hal tersebut digambarkan
secara jelas dalam lirik dan musik, khususnya dalam pengembangan nada instrumen-instrumen
yang ada dari awal hingga akhir lagu. Berbeda dengan album-album sebelumnya
yang mengangkat tema perang, keadilan, dan kemanusiaan seperti album Justice For All dan Master of Puppets.
Sebagai legenda,
Metallica masih eksis di kalangan pecinta musik rock, terutama pecinta rock era
80-90an. Karya-karyanya merupakan masterpiece,
Nothing Else Matters adalah salah satunya. Pada saat konsernya di Gelora
Bung Karno (GBK) bulan Agustus 2013 lalu, ditengah-tengah sejejeran lagu metal
yang “keras”, lalu Hetfield memimpin bandnya itu untuk melantunkan Nothing Else Matters. Atmosfer di GBK
saat itu pun seketika berubah. Dari gaya headbanging
dan lompat-lompat serta membuka kaos, para fans Metallica langsung luluh
mendengar petikan 4 senar kunci E-minor yang dimainkan Kirk Hammet, sang
gitaris. Seluruh isi GBK pun ikut bernyanyi melantunkan lirik dalam tersebut
bersama Hetfield. Bahkan pada akhir konser banyak yang meng-share tulisan di twitter maupun facebook
fan page Metallica dan mengaku bahwa
mereka (para fans yang menonton di GBK waktu itu) sampai menitikan air mata
saat lagu itu berkumandang. Lagu ini semacam jiwa dari sang legenda, Metallica.
Band beranggotakan 4 orang ini berhasil menghidupkan dan memberi jiwa pada
musik rock, sampai masih eksis saja di zaman sekarang, dengan usia Nothing Else Matters sendiri yang sudah
mencapai 21 tahun.
No comments:
Post a Comment