Destinasi ke-2 study tour setelah Lokananta yaitu Monumen
Pers. Kunjungan ini sekaligus mengakhiri perjalanan kami di Solo. Monumen Pers
merupakan tempat yang cukup lengkap soal dunia jurnalisme. Di dalamnya terdapat
banyak hal seputar jurnalisme dan sejarahnya. Terdapat semacam museum pers di
Monumen Pers dengan koleksi-koleksi dan diorama-diorama seputar sejarah pers.
Tidak hanya memperlihatkan koleksi-koleksi, di dalam Monumen Pers juga terdapat
perpustakaan.
Gedung Monumen Pers cabang
Surakarta awalnya adalah Rumah Makan. Lalu diresmikan menjadi Monumen Pers
Nasional pada tanggal 9 Februari 1978. Peresmian tersebut dihadiri oleh
Presiden Soeharto. Selanjutnya, Monumen Pers Nasional ini dikelola oleh Yayasan
Pengelola Sarana Pers. Dalam perkembangan berikutnya, yaitu pada tahun 2002,
Monumen Pers Nasional ditetapkan menjadi
Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Saat ini, Monumen Pers berdiri
dia atas sebuah lahan dan mencakup empat unit bangunan permanen. Masing-masing
satu gedung induk untuk Convention Hall, dua unit berlantai dua. Lalu ada lagi
satu gedung di belakang yang diperuntukkan sebagai ruang perkantoran.
Di dalam Monumen Pers terdapat
banyak koleksi yang berhubungan dengan sejarah pers. Misalnya saja koleksi
mesin pemancar radio, mesin ketik, pakaian dan koleksi sastrawan dan wartawan
seperti Trisno Yuwono, Hendro Subroto, H. Sumartoyo, kamera milik Fuad Muhammad
Syafruddin, Abdul Anang Hamidan, K. Nadha, dan lain-lain.
Tidak hanya koleksi-koleksi
barang saja, diorama juga dipamerkan di dalam Monumen Pers ini. Diorama-diorama
yang ada adalah diorama tentang perkembangan pers di Indonesia. Diorama yang
ada menjelaskan tentang masing-masing era. Misalnya saja pada zaman prasejarah,
zaman penjajahan Belanda di Indonesia, penjajahan Jepang, zaman awal kemerdekaan,
era orde baru, serta masa reformasi.
Selain barang-barang koleksi dan
diorama, ada pula koleksi Monumen Pers yang lain. Koleksi yang ada antara lain
koleksi artikel-artikel jurnalisme, surat kabar-surat kabar dari berbagai era
seperti zaman sebelum kemerdekaan, setelah kemerdekaan, serta surat kabar
lainnya yang pernah singgah sebagai sejarah pers di Indonesia.
No comments:
Post a Comment